20 Agustus 2008

Paus Benediktus XVI


Pelayan yang Bersahaja


Kardinal Joseph Ratzinger kelahiran Marktl am Inn, Bavaria, Jerman, Sabtu, 16 April 1927, terpilih sebagai Paus ke-265, pemimpin Gereja Katolik Roma, menggantikan Paus Yohanes Paulus II yang wafat pada 2 April 2005. Setelah terpilih Selasa 19 April 2005 yang ditandai mengepulnya asap putih dari cerobong Kapel Sistina di Basilika Santo Petrus, dia memilih nama Paus Benediktus XVI.

Nama kepausan itu akan disandangnya hingga akhir hayat. Joseph Ratzinger yang merupakan orang Jerman ke-8 yang menjadi Paus, akan memimpin 1,2 milyar umat Katolik di seluruh dunia. Ia sekaligus akan bertindak sebagai Kepala Negara Tahta Suci Vatikan, berkedudukan di Roma, Italia.

Adalah Kardinal Jorge Medina Estevez dari Cile yang mengumumkan pertamakali nama Paus yang baru terpilih itu, langsung dari balkon Basilika Santo Petrus, ke khalayak ramai yang jumlahnya ratusan ribu orang. Khalayak sudah sejak hari Senin (18/4/2005) memadati halaman.

“Habemus Papam…” demikian petikan ucapan Jorge Medina, yang artinya kita telah memiliki Paus. Joseph Ratzinger terpilih menjadi Paus pada pukul 17.50 waktu Vatikan (hari Selasa, 19/4), atau menjelang tengah malam WIB (perbedaan waktu antara WIB dengan Vatikan lima jam).

Pilihan Kehendak Tuhan
Joseph Ratzinger adalah anak seorang polisi. Ia berasal dari keluarga petani tradisional. Penulis buku “Truth and Tolerance” ini menampakkan diri sebagai Paus untuk pertamakali juga dari balkon Basilika Santo Petrus, tak lama setelah dirinya diumumkan terpilih.

Kemunculan Ratzinger, dengan nama Paus Benediktus XVI, membuat gemuruh ratusan ribu massa pejiarah. Mereka selama dua hari penuh selalu dengan saksama mengamati apa warna asap yang keluar dari cerobong Kapel Sistina, hitamkah atau putih.

Dalam tradisi upacara pemilihan Paus, asap hitam yang muncul menandakan pemilihan belum tuntas. Sedangkan jika muncul asap putih itu pertanda Paus yang baru telah terpilih. Massa selain menyambut dengan suara gemuruh, juga mengelu-elukan pria yang murah senyum tersebut.

Ratzinger terpilih menjadi Paus pada pemungutan suara putaran keempat. Ke-115 kardinal dari 52 negara yang berhak memilih berhasil menunaikan tugas pemilihan dalam waktu ‘singkat’ saja, sekitar 24 jam. Mereka memilih dalam suasana doa dan mendasarkannya pada kehendak Allah, yang disebut Providentia Dei (Penyelenggaraan Ilahi), bukan dengan kampanye dan gembar-gembor janji.

Ratzinger mengungguli sejumlah nama yang sebelumnya sempat disebut-sebut sangat layak sebagai pemimpin umat Katolik Roma. Yakni Kardinal Camilo Ruini (74) dari Italia, dan Kardinal Maria Martini (usia di atas 70) seorang Jesuit yang dinilai bijaksana serta progresif.

Arus besar memang sudah sejak lama mengarah ke Ratzinger. Ia mengikuti jejak kemenangan Karol Wojtyla asal Polandia, yang pada 1978 terpilih dan menjadi Paus Yohanes Paulus II. Terpilihnya Karol ‘mematahkan’ tradisi lama yang sudah berlaku berabad-abad, tepatnya selama 455 tahun dimana setiap Paus selalu berasal dari kalangan ningrat Italia.

Kehadiran Paus Yohanes Paulus II di tahun 1978 membuka jalan dan kesempatan besar bagi calon Paus yang non-Italia. Kardinal pertama yang memanfaatkan ‘jasa’ Karol Wojtyla adalah Joseph Ratzinger, yang juga disebut-sebut sebagai orang pilihan yang sudah lama ‘dipersiapkan’ sebagai pengganti Paus Yohanes Paulus II. Tipe kepemimpinan keduanya memang sangat identik, sama-sama konservatif dan tradisional. Maklum, sudah 23 tahun Ratzinger bertindak selaku penasihat doktrin bagi Paus Yohanes Paulus II.

Terpilihnya Ratzinger merupakan pula wujud kehendak para kardinal untuk tetap mempertahankan sikap ortodoks dari Paus Yohanes Paulus II. Tetapi bersamaan itu, para kardinal sepertinya juga menghendaki agar Paus yang terpilih sudah dalam usia 78 tahun itu tidak usah terlalu lama menjabat seperti Paus Yohanes Paulus II selama 27 tahun, terlama dalam sejarah kepausan setelah era Paus Pius IX (1846-1978).

Pilih nama Benediktus XVII
Kardinal Joseph Ratzinger mempunyai nama panggilan “Panzerkardinal”. Kini dan untuk selanjutnya sebagai Paus ia akan sangat dikenal dengan sebutan baru Paus Benediktus XVI. Paus terakhir yang memakai nama itu adalah Kardinal Giacomo della Chiesa (asal Genoa, Italia), dengan sebutan Paus Benediktus XV (1914-1922).

Paus baru yang lahir dengan nama lengkap Joseph Alois Ratzinger (dalam bahasa Latin disebut Iosephus Ratzinger), di daerah pertanian Marktl am Inn, Bavaria, Jerman Selatan akan sangat dipercayai oleh 1,2 milyar umat Katolik di seluruh dunia sebagai Uskup Roma, “hamba dari segala hamba Allah”, penerus Santo Petrus, dan bertindak selaku Wakil Kristus di dunia.

Ratzinger berasal dari keluarga petani tradisional. Pada tahun 1937, ayahnya yang seorang polisi pensiun dan tinggal menetap di kota kecil Traunstein. Ketika berusia 14 tahun di tahun 1941 Ratzinger muda bergabung dengan Hitler Youth, mengikuti sesuai ketentuan hukum yang sudah berlaku sejak tahun 1938. Namun ia sangat tidak begitu antusias sebagai anggota. Ia suka menolak menghadiri berbagai pertemuan.

Tahun 1943 dalam usia 16 tahun ia berhenti dari sekolah sebab dipaksa mengikuti wajib militer, masuk dalam korps anti pesawat terbang. Ia bertangungjawab menjaga keamanan pabrik BMW yang terletak di luar kota Munich. Pabrik ini memproduksi mesin pesawat terbang dengan memanfaatkan tenaga kerja budak yang didatangkan dari kamp konsentrasi Dachau.

Ratziger kemudian memperoleh pelatihan dasar militer infantri di Kamp Infanteri Wehrmacht, ditempatkan di perbatasan Austria-Hungaria. Di sini ia bekerja menggunakan alat pertahanan anti-tank. Setelah kembali ke Bavaria pada Mei 1945, ia keluar dari dinas militer dan pulang ke kota kecil Traunstein.

Namun tak lama setelahnya ia ditangkap oleh tentara Sekutu, ditawan selama enam minggu di kamp interniran Allied POW. Baru pada bulan Juni ia berhasil melepaskan diri dari kamp. Selanjutnya bersama saudaranya Georg Ratzinger ia memasuki seminari Katolik. Pada 29 Juni 1951 ia ditahbiskan menjadi imam, juga bersama kakaknya itu, oleh Kardinal Faulhaber dari Munich.

Pada tahun 1953 Joseph Ratzinger berhasil membuat disertasi dengan judul tesis “The People and House of God in St. Augustine’s doctrine of the Church”, dan disertasi lanjutan tentang “Habilitationsschrift”, di Saint Bonaventure. Ia akhirnya memperoleh gelar doktor teologi pada 1957 dan diangkat menjadi profesor tahun 1958 di Kolese Freising.

Ratzinger adalah profesor di Universitas Bonn antara tahun 1959-1963. Ia kemudian pindah ke Universitas Munster. Tahun 1966 ia mengajar teologi dogmatik di Universitas Tubingen, yang membuatnya berkesempatan berkenalan dengan Hans Kung sebagai sesama kolega. Tahun 1969 ia kembali lagi ke Bavaria dan mengajar di Universitas Regensburg.

Joseph Ratzinger menjadi Kardinal sejak tahun 1977, diangkat oleh Paus Paul VI. Tokoh yang belakangan ini dikenal konservatif adalah profesor pada Universitas Bonn, antara tahun 1959-1963. Ia mengajar teologi dogmatik di Universitas Tubingen pada tahun 1966. Tahun 1969 ia kembali lagi ke Bavaria dan mengajar di Universitas Regensburs, setelah sebelumnya tahun 1965 diangkat menjadi profesor di situ.

Joseph Ratzinger pertamakali berkenalan dengan Kardinal Karol Wojtyla saat berlangsung Konsili Vatikan II (1962-1965). Saat itu Joseph Ratzinger sudah menjadi Peritus, atau Kepala Pakar Teologi untuk Kardinal Joseph Frings dari Cologne, Jerman.

Pada Konsili Vatikan II Ratzinger bersama-sama dengan Karol Wojtyla terlibat menyiapkan dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam Konsili. Begitu Karol dipilih menjadi Paus pada tahun 1978, tiga tahun kemudian sejak 25 November 1981 Ratzinger ditarik ke Vatikan untuk memimpin Kongregasi Doktrin dan Iman. Ini, adalah suatu posisi sentral dalam Gereja Katolik Roma sebab berkaitan dengan ajaran tentang kebenaran-kebenaran iman. Tidaklah mengherankan jika kemudian ia disebut sebagai Paus “penjaga” iman umat Katolik di seluruh dunia.

Munculnya kembali Warga Jerman
Setelah menjabat Wakil Dekan Kolegia Kardinal sejak 1998, jabatan terakhir yang kemudian dipercayakan kepada Ratzinger adalah Dekan Kolegia Kardinal, berlaku sejak tahun 2002. Karena kedudukannya itulah Ratzinger bertindak memimpin acara pemilihan Paus 2005.

Pada konklaf 2005 Ratzinger adalah salah seorang dari 14 Kardinal yang pernah diangkat oleh Paus Paul VI. Namun hanya tiga orang diantaranya, salah satunya Joseph Ratzinger yang masih berusia di bawah 80 tahun sehingga berhak untuk dipilih menjadi Paus.

Maka para Kardinal pun memilih pria berusia 78 tahun itu menjadi Paus baru. Ia adalah Paus tertua sepanjang 275 tahun terakhir setelah Paus Clement XII, yang di tahun 1730 terpilih sebagai Paus di usia yang sama 78 tahun.

Ratzinger merupakan Paus ke-8 yang berasal dari Jerman. Ia juga Paus ke-3 setelah Clement II dan Victor II yang berasal dari Jerman, menurut teritori Jerman yang dikenal sekarang. Karenanya ia adalah Paus terakhir yang berasal dari Germanic (gabungan Belanda dan Jerman), setelah Paus Adrian VI yang terpilih tahun 1522 (dan meninggal tahun 1523).

Sebagian pihak menilai Benediktus XVI sebagai seorang paus yang tradisional, sebagian lagi malah menyebutnya ortodoks. Sebagai misal, ia sangat kritis dan menolak perilaku hidup kaum homoseksual, perkawinan sesama gay, dan tindakan aborsi sebagaimana sikap sang pendahulu Paus Yohanes Paulus II.

Paus Benediktus XVI menguasai bahasa Jerman, Italia, Inggris, Latin dan Perancis. Sejak tahun 1992 ia adalah anggota French Academie. Ia tergolong piawai memainkan alat musik piano, sejak di seminari dan sangat menyukai musik Mozart dan Beethoven.

Majalah Time edisi bulan April 2005 menyebut nama Joseph Ratziznger sebagai satu dari antara 100 orang paling berpengaruh di dunia. Pilihan itu terbukti benar, sebab sejak 19 April 2005 orang yang dimaksud telah menjadi Paus menggantikan Paus Yohanes Paulus II.

Berikan berkat pertama
Ketika berbicara kepada khalayak ramai yang memadati halaman Basilika Santo Petrus, Kardinal Jorge Medina Estevez dari Cile yang muncul dari balkon mengatakan:

“Annuntio vobis gaudium magnum;
habemus Papam:
Eminentissimum ac Reverendissimum Dominum,
Dominum Josephum
Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem Ratzinger
qui sibi nomen imposuit Benedictum XVI.”

Atau: “I announce to you great joy: We have a Pope! The most Eminent and Reverend Lord, the Lord Joseph, Cardinal of the Holy Roman Church Ratzinger, who takes to himself the name of Benedict the sixteenth.”

Dari balkon yang sama itu pulalah Paus Benediktus XVI untuk pertama kali berbicara kepada umat Katolik di seluruh dunia. “Saudara-saudaraku, setelah Paus Yohanes Paulus II yang Agung, para kardinal telah memilih saya, yang sederhana, pelayan yang bersahaja di hadapan Tuhan. Saya bergembira karena Tuhan tahu apa yang harus Dia lakukan dan kerjakan meski dengan peralatan yang tidak memadai.

Saya memercayakan dalam doa Saudara-saudara sekalian. Dalam kegembiraan kebangkitan Tuhan dan kepercayaan dalam bantuannya yang terus-menerus, kita akan terus maju. Tuhan akan menolong kita dan Bunda Maria, Ibu-Nya yang tersuci, akan senantiasa mendampingi kita sekalian. Terimakasih.”

Paus baru itu kemudian memberikan berkat kepausannya yang pertama untuk kota dan dunia (urbi et orbi). ► e-ti/ ht, dari berbagai sumber

Nama:
Kardinal Joseph Ratzinger
Nama Lahir:
Joseph Alois Ratzinger
Gelar:
Paus Benedictus XVI
Lahir:
Di Marktl am Inn, Bavaria, Jerman, Sabtu, 16 April 1927
Kewarganegaraan:
Jerman
Jabatan:
Paus Gereja Katolik Roma, merangkap Kepala Negara Vatikan
Jabatan Sebelumnya:
Prefek Kongregasi Doktrin dan Iman

Penguasaan Bahasa:
1. Bahasa Jerman 2. Bahasa Italia 3. Bahasa Inggris 4. Bahasa Latin 5. Bahasa Perancis.

Perjalanan Karir:
- Tahun 1939, masuk persiapan seminari
- Tahun 1941 saat berusia 14 tahun bergabung dengan Hitler Youth
- Tahun 1943 dalam usia 16 t ahun dipaksa masuk korps antipesawat terbang
- Pada November 1944 ia menjalani latihan militer di Kamp Infanteri Wehrmacht
- Tahun 1945 ditangkap oleh tentara Sekutu dan dimasukkan ke kamp interniran
- Pada Juni 1945 berhasil melepaskan diri dari kamp dan selanjutnya masuk seminari
- Pada 29 Juni 1951 ditahbiskan menjadi imam oleh Kardinal Faulhaber dari Muenchen
- Tahun 1953 membuat disertasi berjudul “People and Houseof God in Sint Augustine’s doctrine of the Church”, dan ”, dan disertasi tentang “Habilitationsschrift” di Saint Bonaventure
- Tahun 1957 memperoleh glar doktor teologi di Kolese Freising
- Tahun 1958 diangkat menjadi profesor pada Kolese Freising
- Tahun 1959-1963 menjadi profesor di Universitas Bonn
- Tahun 1962 (dalam usia 35 tahun) masuk dalam Konsili Vatikan II, dalam kapasitas sebagai Kepala Pakar Teologi untuk Kardinal Joseph Frings dari Cologne, Jerman
- Tahun 1962-1965 mengikuti Konsili Vatikan II
- Tahun 1966 mengajar Teologi Dogmatik di Universitas Tubingen
- Tahun 1969 kembali ke Bavaria dan mengajar di Universitas Regensburs
- Pada 24 Maret 1977 diangkat menjadi Uskup Agung Muenchen dan Freising oleh Paus Paulus VI
- Senin 27 Juni 1977 diangkat menjadi Kardinal oleh Paus Paulus VI
- Pada 25 November 1981 diangkat menjadi Prefek Konggregasi Doktrin dan Iman, serta sebagai Presiden Komisi Teologi Internasional
- Tahun 1998 diangkat menjadi Wakil Dekan Kolegia Kardinal
- Tahun 2002 menjadi Dekan Kolegia Kardinal
- Sejak Selasa,19 April 2005 terpilih menjadi Paus ke-265 dengan nama Paus Benediktus XVI

Alamat:
00120 Vatican City, Vatican City State
Telp. 06.69.88.32.96

Nama 11 Paus Terakhir:
1. Paus Benediktus XVI 2005-
2. Paus Yohanes Paulus II 1978-2005 (27 tahun)
3. Paus Yohanes Paulus I 1978 (33 hari)
4. Paus Paulus VI 1963-1978 (15 tahun)
5. Paus Yohanes XXIII 1958-1963 (5 tahun)
6. Paus Pius XII 1939-1958 (19 tahun)
7. Paus Pius XI 1922-1939 (17 tahun)
8. Paus Benediktus XV 1914-1922 (8 tahun)
9. Paus Pius X 1903-1914 (11 tahun)
10. Paus Leo XIII 1978-1903 (25 tahun)
11. Paus Pius IX 1846-1878 (32 tahun)

Paus Yohanes Paulus II


Selamat Jalan Bapa Suci


Dunia pasrah dan berduka atas wafatnya Bapa Suci, pimpinan Roma Katholik dan Pimpinan Negara Vatikan, Paus Yohanes Paulus II pada Sabtu (2/4/2005) pukul 21.37 waktu Italia atau Minggu (3/4/2005) pukul 02.37 WIB. Pihak Tahta Suci mengumumkan secara resmi telah berpulangnya Sri Paus di hadapan sekitar 70 ribu manusia memadati Lapangan Santo Petrus.

Mereka makin banyak berkumpul di lapangan itu sejak ada berita bahwa Paus mendapat Sakramen Perminyakan Orang Sakit, yang merupakan sakramen terakhir bagi umat Katolik di ambang ajal.

Bahkan sejak sakit berat Paus diumumkan, beberapa acara penting televisi Italia (RAI) dibatalkan. Termasuk, pertandingan sepak bola Seri A dan B ditangguhkan untuk menghormati Paus. Saat itu, Paus sudah dalam kondisi tidak sadar dan hanya bisa bernapas pendek-pendek dengan alat bantu. Kondisinya, menurut juru bicara Vatikan Joaquin Navarro Valls, sangat lemah karena jantung dan ginjalnya gagal berfungsi.

Kesehatan Sri Paus, 84, yang menderita penyakit parkinson dan sejak lama menggunakan kursi roda, mendadak turun drastis pada Kamis malam. Namun Paus sempat sadarkan diri pada Sabtu subuh. Dia berbicara, matanya terbuka dan dalam keadaan sadar, lalu terlihat ingin tidur.

Menurut aturan Tahta Suci Roma Katholik, pertemuan para kardinal untuk memilih Paus (conclave) harus sudah dilakukan tidak boleh kurang dari 15 hari dan tidak boleh lebih dari 20 hari sesudah Paus meninggal. Waktu 15 hari dimaksudkan untuk persiapan penguburan dan masa berkabung. Biasanya Paus dimakamkan sesudah sekitar enam hari.

Paus Yohanes Paulus II adalah seorang anak Polandia bernama Karol Jozef Wojtyla. Lahir pada 18 Mei 1920 di Wadowice, sebuah kota dengan 8.000 umat Katolik dan 2.000 orang Yahudi, 56 kilometer di barat daya Krakow. memanggil Wojtyla dengan nama "Lolek".

Dia anak kedua dari Karol Wojtyla (ayah) seorang penjahit dan pensiunan tentara dan Emilia Kaczorowska Wojtyla (ibu) seorang guru sekolah. Pada saat kecil, dia dipanggil teman-temannya Lolek. Pada masa muda, dia gemar main sepakbola sebagai penjaga gawang, juga gemar berenang di Sungai Skawa, serta bermain ski, mendaki gunung dan naik kayak.

Namun masa kecil dan remajanya tidak sebahagia teman-temannya. Saat berumur sembilan tahun, ibu yang dicintainya wafat karena sakit jantung (1929). Tiga tahun kemudian kakak laki-lakinya meninggal. Sebelum ia lahir, kakak perempuannya yang masih kecil meninggal dunia. Bahkan dia sendiri nyaris tewas dua kali akibat tertabrak mobil dan tertabrak truk (1944). Dia luka-luka namun tidak cacat.

Sepeninggalan ibu dan saudaranya, Lolek dan ayahnya hidup di sebuah Spartan, apartemen satu kamar di belakang gereja. Ayahnya, Wojtyla membesarkan dan mendidik Lolek dengan disiplin seperti tentara dan belajar agama. Ayahnya ingin Lolek kelak menjadi pelayan Tuhan. Lolek sendiri gemar puisi, teater dan agama.

Setelah lulus sekolah menengah (1938), Lolek dan ayahnya pindah ke Krakow. Di kota ini, ia belajar sastra dan filsafat di Universitas Jagiellonian. Kesempatan baik baginya bergabung dengan kelompok pembaca puisi dan kelompok diskusi sastra.

Ketika Jerman menyerang Polandia (1940), Lolek bekerja sebagai seorang pemotong batu, untuk menghindari penjara. Tak lama kemudian, Februari 1941, ayahnya meninggal dunia dalam usia 61, tanpa sempat melihat Lolek menjadi pastor.

Sekitar 18 bulan berikutnya, Lolek memulai memenuhi harapan ayahnya untuk menjadi pastor. Dia belajar di sebuah seminari bawah tanah di Krakow, sekaligus belajar teologi di universitas. Ketika itu, ada larangan dari penguasa Jerman, sehingga harus belajar sembunyi-sembunyi. Dia belajar sembari bekerja di sebuah pabrik hingga Agustus 1944.

Kemudian tentara Jerman mulai menangkapi pemuda-pemuda Polandia, Wojtyla bersembunyi di rumah uskup Krakow hingga perang berakhir. Pada tahun 1946, dia ditahbiskan sebagai pastor di Krakow. Di tengah kesibukannya, dia terus melanjutkan sekolah hingga meraih dua gelar sarjana dan sebuah gelar doktor. Setelah itu, dia bertugas sebagai asisten pastor Krakow (1949).

Pengalaman awalnya sebagai pastor, Wojtyla bertugas sebagai pastor pembimbing mahasiswa di Gereja St. Florian, Krakow. Gereja itu berdekatan dengan Universitas Jagiellonian, tempatnya mengerjakan doktoral keduanya dalam bidang filsafat.

Ketika itu (1954) pemerintah komunis Polandia menghapuskan departemen theologi dari universitas. Seluruh fakultas digabungkan ke Seminari Krakow. Wojtyla pun melanjutkan belajar di situ. Pada saat itu, ia juga diminta mengajar di Universitas Katolik Lublin - satu-satunya universitas Katolik di negara komunis. Sehingga Wojtyla harus bolak-balik Lublin-Krakow.

Dua tahun kemudian (1956), Wojtyla bertugas sebagai Pimpinan Studi Etika di Universitas. Karirnya di hirarki gereja pun naik pesat setelah ia dinobatkan sebagai pembantu uskup Krakow. Ketika Konsili Vatikan II dimulai (1962), Wojtyla menyumbang gagasan terutama dalam hal kebebasan beragama.

Kemudian, dia ditunjuk menjadi pejabat uskup Krakow ketika pendahulunya wafat. Dia uskup yang cerdas, tegas namun bersahabat, luwes, pendengar yang baik, memiliki selera humor yang segar. dan sangat suci. Namanya mulai menonjol di antara uskup lainnya.

Maka tak heran bila pada tahun 1967, Paus Paulus VI menunjuknya sebagai kardinal Gereja Katolik Polandia. Saat itu pemerintah komunis Polandia tidak keberatan karena sifat-sifatnya yang baik tersebut. Pada hal saat itu, gereja dan masyarakat berada di bawah tekanan pemerintah komunis. Ketika itu, Gereja Katolik Polandia menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan-perasaan nasionalisme warganya.

Kardinal Wojtyla memainkan peran dengan sangat baik. Dia seringkali memposisikan diri sebagai penentang komunisme. Dia pun mengakomodir dan mengarahkan ekspresi-ekspresi warga dengan sangat elegan sehingga tidak sampai memprovokasi reaksi brutal pemerintah komunis. Pada masa-masa sulit itu pula, Kardinal Wojtyla banyak menulis mengenai etika dan filsafat.

September 1978, Paus Yohanes Paulus I wafat akibat serangan jantung, yang menjadi Paus hanya selama 34 hari. Para kardinal dari seluruh dunia berkumpul untuk memilih penggantinya. Para kardinal sangat sulit menemukan kata sepakat setelah tujuh kali pemungutan suara. Lalu ketika petang hari 16 Oktober 1978, dilakukan putaran ke delapan, muncul nama Wojtyla. Kardinal Wojtyla dari negara komunis Polandia terpilih menjadi Paus.

Wojtyla menerima hasil pemilihan itu dengan mata berkaca-kaca. Sebelumnya, tidak seorang pun menyangka bahwa Wojtyla bakal dipilih sebagai Paus. Wojtyla sendiri bahkan sudah memiliki tiket pulang ke Polandia. Ia Paus non-Italia pertama sejak 455 tahun (yang terakhir adalah Paus Adrian VI tahun 1523). Juga Paus termuda (58 tahun) dalam 132 tahun terakhir.

Wojtyla kemudian memilih nama sama seperti pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II, dan menjadi Paus Slav yang pertama. "Saya gentar menerima tugas ini. Tetapi saya menerimanya dengan semangat kepasrahan pada Tuhan dan kepercayaan sepenuhnya terhadap Bunda Maria yang suci," katanya ketika itu kepada umat yang menunggu di Lapangan Santo Petrus.

Dalam kepemimpinnya sebagai Paus, dia telah melakukan pembaharuan gereja dan dunia. Paus satu-satunya paus yang pernah masuk komik - karya Marvel (1983) ini berbeda dengan paus-paus sebelumnya yang lebih banyak berdiam di Roma. Paus Yohanes Paulus II yang bisa berbicara dalam delapan bahasa itu muncul di mana-mana dan menjadi pemberitaan di seluruh dunia. Dia Paus paling banyak melakukan perjalanan ke luar negeri. Dia telah mengunjungi lebih dari 115 negara, termasuk Indonesia (1989). Dia juga selalu mencium bumi negeri yang dikunjunginya.

Pada tahun 1994, majalah Time memilihnya sebagai Man of the Year, karena dianggap menggetarkan hati banyak orang. Andrew M. Greeley dalam bukunya "The Making of Popes 1978", menuliskan, "Gerakannya, kehadirannya, senyumnya, gerakan tubuhnya, rasa bersahabat di matanya, telah membuat senang setiap orang. Ia selalu menjabat tangan, tersenyum, berbicara dan memberkati anak-anak."

Namun seorang warga Turki bernama Mehmet Ali Agca pernah menembaknya dua kali dalam suatu percobaan pembunuhan (1981) di Lapangan Santo Petrus. Tak lama kemudian Paus mengunjungi penembaknya di penjara dan memaafkan dia. Ketika itu Agca pun sempat berkata, "Bagaimana mungkin aku tidak bisa membunuh Anda?"

Dia sungguh Paus yang disenangi banyak orang. Kendati selalu saja ada orang yang tidak menyukai bahkan memusuhinya. Dia memang sering memperingatkan bahayanya materialisme, egoisme dan sekularisme. Ia juga menyerukan penurunan standar hidup di beberapa negara maju seperti AS bisa berbagi dengan negara dunia ketiga. Paus menegaskan bahwa materialisme bukanlah jawaban bagi dunia. Dia juga menolak perang, termasuk invasi AS ke Afghanistan dan Irak. Dia juga menentang aborsi, kontrasepsi, dan euthanasia. Baginya bayi di dalam kandungan adalah kehidupan yang harus dibela.

Sungguh, dunia kehilangan Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II ini. Namun namanya pastilah dikenang sepanjang masa. Selamat Jalan! ► e-ti/ tsl, dari berbagai sumber

Nama:
Paus Yohanes Paulus II
Nama Asli
Karol Jozef Wojtyla
Nama Panggilan:
Lolek
Lahir:
Wadowice, Polandia, 18 Mei 1920
Meninggal:
Vatikan, Sabtu 2 April 2005 pukul 21.37 waktu Italia atau Minggu 3 April 2005 pukul 02.37 WIB
Jabatan:
- Paus Roma Katholik 16 Oktober 1978
- Pimpinan Negara Vatikan
- Uskup Roma
- Vikaris (Wakil) Kristus
- Penerus Santo Petrus
- Uskup Agung Gereja Katolik Sedunia
- Kardinal Gereja Katolik Polandia 1967

Ayah:
Karol Wojtyla
Ibu:
Emilia Kaczorowska Wojtyla

07 Agustus 2008

Mohammad Hatta


Latar belakang dan pendidikan

Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatra Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan kemudian pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya beliau telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang, baru kemudian pada tahun 1919 beliau pergi ke Batavia untuk studi di HBS. Beliau menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Erasmus Universiteit). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.

Saat masih di sekolah menengah di Padang, Bung Hatta telah aktif di organisasi, antara lain sebagai bendahara pada organisasi Jong Sumatranen Bond cabang Padang.

Pada tangal 27 November 1956, Bung Hatta memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum dari Universitas Gadjah Mada di Yoyakarta. Pidato pengukuhannya berjudul “Lampau dan Datang”.

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis.

Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas berangkat ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di Batavia, ia juga aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat, juga sebagai Bendahara.

Hatta mulai menetap di Belanda semenjak September 1921. Ia segera bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah tersedia iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Expres.

[sunting] Perjuangan

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja.

Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. “Aku kagum melihat cara Abdul Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik perhatian dan membakar semangat,” aku Hatta dalam Memoir-nya. Itulah Abdul Moeis: pengarang roman Salah Asuhan; aktivis partai Sarekat Islam; anggota Volksraad; dan pegiat dalam majalah Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan.

Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di sini, Hatta mulai aktif menulis. Karangannya dimuat dalam majalah Jong Sumatera, “Namaku Hindania!” begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk kawin lagi. Setelah ditinggal mati suaminya, Brahmana dari Hindustan, datanglah musafir dari Barat bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. “Tapi Wolandia terlalu miskin sehingga lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku,” rutuk Hatta lewat Hindania.

Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, pengalaman sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal Minangkabau yang mukim di Batavia, serta diskusi dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Saban Sabtu, ia dan Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai tanah air. Pokok soal yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal memajukan bahasa Melayu. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian pekerjaan. Bahder Djohan akan mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada soal organisasi dan pembiayaan penerbitan. Namun, “Karena berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan,” kenang Hatta lagi dalam Memoir-nya.

Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta menjalin kerjasama dengan percetakan surat kabar Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski Hatta berada di Rotterdam, ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio tahun 1922, terjadi peristiwa yang mengemparkan Eropa, Turki yang dipandang sebagai kerajaan yang sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur tentara Yunani yang dijagokan oleh Inggris. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di Batavia. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di tanah air yang mengutip tulisan-tulisan Hatta.

Perangko Satu Abad Bung Hatta diterbitkan oleh PT Pos Indonesia tahun 2002
Perangko Satu Abad Bung Hatta diterbitkan oleh PT Pos Indonesia tahun 2002

Hatta mulai menetap di Belanda semenjak September 1921. Ia segera bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah tersedia iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Expres. Kondisi itu tercipta, tak lepas karena Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) menginisiasi penerbitan majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging mulai 1916. Hindia Poetra bersemboyan “Ma’moerlah Tanah Hindia! Kekallah Anak-Rakjatnya!” berisi informasi bagi para pelajar asal tanah air perihal kondisi di Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip kritik terhadap sikap kolonial Belanda.

Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal daerah. Lagipula, nama Indische –meski masih bermasalah– sudah mencerminkan kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yang secara politis diikat oleh sistem kolonialisme belanda. Dari sanalah mereka semua berasal.

Hatta mengawali karir pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi, sebagai Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik. Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atau Nederland Indie.

Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda, dan di sinilah ia bersahabat dengan nasionalis India, Jawaharlal Nehru. Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Hatta akhirnya dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya yang terkenal: Indonesia Free.

Pada tahun 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali menangkap Hatta, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan Februari 1934. Hatta diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.

Pada tahun 1945, Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI, bersama Bung Karno yang menjadi presiden RI sehari setelah ia dan bung karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran tersebut maka keduanya disebut Bapak Proklamator Indonesia.

31 Juli 2008

Cut Nyak Dhien


Latar belakang keluarga

Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Lampadang, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Machmoed Sati, perantau dari Sumatera Barat. Machmoed Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh sebab itu, Ayah dari Cut Nyak Dhien merupakan keturunan Minangkabau[4][2]. Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.

Masa kecil

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik. Ia memperoleh pendidikan pada bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.

Perlawanan saat Perang Aceh

Belanda menyerang Aceh

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citdadel van Antwerpen. Perang Aceh meletus. Perang pertama (1873-1874), yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Kohler. Saat itu, Belanda mengirim 3.198 prajurit. Lalu, pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen dibawah pimpinan Kohler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman dan membakarnya. Cut Nyak Dhien yang melihat hal ini berteriak:

Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda?

Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang ini. Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depan kembali dengan sorak kemenangan, sementara Kohler tewas tertembak pada April 1873.

Van Heutsz sedang memerhatikan pasukannya dalam penyerangan di Perang Aceh
Van Heutsz sedang memerhatikan pasukannya dalam penyerangan di Perang Aceh

Pendudukan VI Mukim

Pada tahun 1874-1880, dibawah pimpinan Jenderal Van Swieten, daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875. Suaminya selanjutnya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.

Kematian Ibrahim Lamnga

Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Pernikahan dengan Teuku Umar

Setelah itu, Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, namun, karena Teuku Umar mempersilahkannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Hal ini membuat meningkatnya moral semangat perjuangan Aceh melawan Kapke Ulanda (Belanda Kafir). Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang bernama Cut Gambang.

Rencana Teuku Umar

Teuku Umar, suami kedua Cut Nyak Dhien(sumber: foto-foto.com)
Teuku Umar, suami kedua Cut Nyak Dhien
(sumber: foto-foto.com)

Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi'sabilillah. Sekitar tahun 1875, Teuku Umar melakukan gerakan dengan mendekati Belanda dan hubungannya dengan orang Belanda semakin kuat. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan menyerahkan diri kepada Belanda untuk menipu orang Belanda, sehingga saat mereka keluar dari hutan mereka berkata:

Mereka menyadari mereka telah melakukan hal yang salah, sehingga mereka ingin membayar kembali kepada Belanda dengan menolong mereka menghancurkan perlawanan Aceh

Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komander unit pasukan Belanda dan kekuasaan penuh. Ia menyimpan rencana ini sebagai rahasia, walaupun dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh, bahkan, Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya. Cut Nyak Dien berusaha menasehatinya untuk kembali melawan Belanda, namun, ia masih terus berhubungan dengan Belanda. Teuku Umar mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai menjadi unit Belanda yang merupakan gerilyawan Aceh. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.

Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar (penghianatan Teuku Umar).

Reaksi Belanda

Teuku Umar yang menghianati Belanda menyebabkan Belanda marah dan meluncurkan operasi besar-besaran untuk menangkap baik Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar. Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan terbaik dari Belanda dan mengembalikan identitasnya menjadi pasukan gerilyawan. Mereka mulai menyerang Belanda sementara jendral Van Swieten diganti. Penggantinya, jendral Pel, dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan untuk pertama kalinya. Selain itu, Belanda mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya.

Pembantaian Jendral Van Der Heyden

Dien dan Umar menekan Belanda dan menduduki Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar) dan Belanda terus-terusan mengganti jendral yang bertugas. Pasukan gerilyawan kuat yang dilatih dan dibuat dan memimpil hal ini sukses. Sejarah yang mengerikan bagi orang Belanda terus terjadi, tetapi, jendral Van Der Heyden ditugaskan dan tidak pernah dilupakan oleh orang Aceh. Pembantaian yang berdarah dilakukan terhadap laki-laki, wanita dan anak-anak pada desa, ketika jendral Van Der Heyden masuk kedalam unit "De Marsose". Mereka dianggap biadab oleh orang Aceh dan sangat sulit ditaklukan, selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semua yang ada di jalannya, termasuk rumah dan orang-orang. Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan Van Der Heyden membubarkan unit "De Marsose". Peristiwa ini juga menyebabkan kesuksesan jendral selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan Jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.

Kematian Teuku Umar

Jendral Van Heutz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, dan akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Hal ini diketahui karena diinformasikan oleh informan yang bernama Teuku Leubeh. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien mendengar kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan Dien berkata:

Sebagai wanita Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah "Shaheed"

Bertempur bersama pasukan kecil

Akibat kematian suaminya, Cut Nyak Dien memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 dan berisi laki-laki dan wanita karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh, selain itu, Cut Nyak Dien semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulitnya memperoleh makanan. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya, termasuk salah satu pasukannya bernama Pang Laot Ali yang melaporkan lokasi markas Cut Nyak Dien pada Belanda karena iba, selain itu, agar Belanda mau memberinya perawatan medis dan membawa Belanda ke markas Cut Nyak Dhien di Beutong Le Sageu.

Ditangkap Belanda

Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda sehingga Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian, dan Pang Karim, pasukannya berkata akan menjadi orang terakhir yang melindungi Dien sampai kematiannya. Akibat Cut Nyak Dhien memiliki penyakit rabun, ia tertangkap dan ia mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh, namun aksinya berhasil dihentikan oleh Belanda. Ia ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Ia dipindah ke Sumedang berdasarkan Surat Keputusan No 23 (Kolonial Verslag 1907 : 12). Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan ia terus melanjutkan perlawanan yang sudah dilakukan ayah dan ibunya.

Masa tua

Setelah ia ditangkap, ia dibawa ke Banda Aceh dan dirawat disitu. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Belanda takut bahwa kehadirannya akan membuat semangat perlawanan, selain itu karena terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk, akhirnya Belanda kesal, lalu ia dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.

Dibuang di Sumedang

Ia dibawa Sumedang bersama dengan tahanan politik Aceh lainnya dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja, selain itu, tahanan laki-laki juga mendemonstrasikan perhatian pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan. Sampai kematiannya, masyarakat Sumedang tidak tahu siapa Cut Nyak Dhien yang mereka sebut "Ibu Perbu" (Ratu). Selama ia ditahan, ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien yang tidak dapat bicara bahasanya merupakan sarjana Islam, sehingga ia disebut Ibu Perbu. Ia mengajar Al-Quran di Sumedang sampai kematiannya pada tanggal 8 November 1908. Ketika masyarakat Sumedang sudah beralih generasi dan gelar Ibu Perbu telah hilang, pada tahun 1960-an berdasarkan keterangan dari pemerintah Belanda, diketahui bahwa perempuan tersebut merupakan pahlawan dari Aceh yang diasingkan berdasarkan Surat Keputusan No 23 (Kolonial Verslag 1907 : 12).

Kematian

Setelah ia dipindah ke Sumedang, pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam "Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. Pada tahun 1960, orang lokal Sumedang yang mencari tahu kembali siapakah "Ibu Perbu", telah meninggal, namun, informasi datang dari surat resmi pemerintah Belanda pada "Nederland Indische", ditulis oleh Kolonial Verslag, bahwa "Ibu Perbu", pemimpin pemberontakan provinsi Aceh telah dibuang di Sumedang, Jawa Barat. Hanya terdapat satu tahanan politik wanita Aceh yang dikirim ke Sumedang, sehingga disadari bahwa Ibu Perbu adalah Cut Nyak Dhien, "Ratu Jihad" dan diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

Makam

Menurut penjaga makam, makam Cut Nyak Dhien baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di Belanda. Masyarakat Aceh di Sumedang sering menggelar acara sarasehan, dan pada acara tersebut, peserta berziarah ke makam Cut Nyak Dhien dengan jarak sekitar dua kilometer. Menurut pengurus makam, kumpulan masyarakat Aceh di Bandung sering menggelar acara tahunan dan melakukan ziarah setelah hari pertama Lebaran, selain itu, orang Aceh dari Jakarta melakukan acara Haul setiap bulan November

Makam Cut Nyak Dhien pertama kali dipugar pada 1987 dan dapat terlihat melalui monumen peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam yang ditandatangani Ibrahim Hasan, Gubernur Daerah Istimewa Aceh di Sumedang tanggal 7 Desember 1987. Makam Cut Nyak Dhien dikelilingi pagar besi yang ditanam bersama beson dengan luas 1.500 m2. Di belakang makam terdapat musholla dan di sebelah kiri makam terdapat banyak batu nissan yang dikatakan sebagai makam keluarga ulama besar dari Sumedang yang pernah dibuang ke Ambon yang bernama H. Sanusi, dan juga keluarga H. Sanusi merupakan pemilik tanah kompleks makam Cut Nyak Dhien.

Pada batu nissan Cut Nyak Dhien, tertulis riwayat hidupnya, tulisan bahasa Arab, Surat At Taubah dan Al Fajar serta hikayat cerita Aceh.

Gerakan Aceh Merdeka melakukan perlawanan di Aceh untuk merdeka dari Republik Indonesia sehingga mengurangi jumlah peziarah ke makam Cut Nyak Dhien, selain itu, daerah makam ini sepi akibat sering diawasi oleh aparat, bahkan tidak ada yang tahu letak makam Cut Nyak Dhien berada di Gunung Puyuh.

Kini, makam ini mendapat biaya perawatan dari kotak amal di daerah makam karena pemerintah Sumedang tidak memberikan dana.

16 Juli 2008

Edwin Howard Armstrong





Penemu FM Radio dan Sirkuit

Ia penemu FM radio, sirkuit regeneratif dan superheterodin, sehingga ia dijuluki bapak sirkuit. Memamg sejak kecil, Armstrong si anak pemalu putra dari seorang penerbit buku (ayah) dan guru (ibu), ini sudah tertarik pada mesin, kereta api, dan segala peralatan yang dianggapnya aneh.

Berawal ketika usianya masih 14 tahun, ia membaca tentang telegraf buatan Marconi, dimana saat itu telah berhasil mengirimkan berita tanpa kawat ke seberang Samudra Atlantik, walaupun di tempat tujuan, suara kode Morse hanya terdengar sayup-sayup, tidak jelas. Sejak itulah ia bercita-cita ingin membuat suara radio sejelas mungkin.

Pria kelahiran 18 Desember 1890 di New York City, ini ketika masih berusia 17 tahun saja dan masih duduk di SMA, sudah mampu mewujudkan cita-citanya walaupun belum begitu sempurna. Ia telah berhasil membuat sendiri stasiun radio di rumahnya. Setelah menyelesaikan SMA-nya ia kemudian masuk Fakultas Tekhnik Listrik, Universitas Columbia, universitas yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya sehingga ia bisa pulang-pergi naik sepeda motor merah, hadiah ulang tahun dari ayahnya.

Pada dekade yang bersamaan yaitu tepatnya pada tahun 1907, De Forest, juga menemukan ‘tabung hampa’ yang bernama trioda atau audion. ‘Tabung hampa’ tersebut dapat memperkuat suara yang lemah pada batas tertentu. Armstrong segera mempelajari tabung hampa buatan De Forest tersebut. Hasilnya, lima tahun kemudian atau pada tahun 1912 ia berhasil membuat sirkuit regeneratif atau sirkuit feedback.

Dengan sirkuit regeneratif atau sirkuit feedback tersebut, Armstrong yang warga negara Amerika Serikat dan seorang insinyur listrik, guru besar, jutawan, ini membuat ‘tabung hampa’-nya De Forest dapat memperkuat suara sampai beribu-ribu kali atau hampir mencapai setengah keras suara radio atau televisi zaman sekarang.

Dengan penemuan memperkeras suara radio tersebut, perdebatan sengit antara dirinya dengan De Forest untuk memperebutkan hak cipta atau paten penemuan tersebutpun terjadi. Pertengkaran di pengadilan sampai memakan waktu sampai 14 tahun dan perdebatan mereka di depan Mahkamah Agung Amerika Serikat terjadi sampai dua kali. Akhirnya, hakim memenangkan De Forest dan menyatakan Armstrong sebagai pihak yang kalah. Keputusan yang mungkin diakibatkan kekurangtahuan para hakim mengenai seluk-beluk listrik

Menyikapi kekalahan Armstrong ini, para ilmuwan menganggap keputusan pengadilan tersebut tidak adil dan tidak benar. Bahkan para ilmuwan memberi hadiah Medali Franklin kepada Armstrong. Medali yang merupakan hadiah tertinggi di Amerika Serikat bagi seorang ilmuwan yang berprestasi.

Pada usia 64 tahun, tepatnya pada tanggal 1 Februari 1954 di New York City, tokoh besar fisika yang bisa disetarafkan dengan Ampere, Bell, Faraday, dan Marconi, ini meninggal dunia. ► atur/mlp-ms

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Nama:
Edwin Howard Armstrong
Lahir:
New York City, 18 Desember 1890
Meninggal:
New York City, 1 Februari 1954
Ayah:
Seorang penerbit buku
Ibu:
Seorang Guru.
Warga Negara:
Amerika Serikat
Pendidikan:
Insinyur listrik dari Universitas Columbia
Pekerjaan:
Guru besar
Julukan:
Bapak sirkuit
Penemuan:
- Penemu FM radio
- Penemu sirkuit regeneratif dan superheterodin

Aristoteles


Bapak Ilmu Pengetahuan


Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman, bapak peradaban Barat, bapak ensiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, atau guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai julukan yang diberikan pada ilmuan ini. Berbagai temuannya seperti logika yang disebut juga dengan ilmu mantik yaitu pengetahuan tentang cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat, membuat namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh dunia yang pernah mengecap pendidikan.

Begitu juga dengan biologi, fisika, botani, astronomi, kimia, meteorologi, anatomi, zoologi, embriologi, dan psikologi eksperimental merupakan temuannya juga. Penemuan-penemuan yang

Sudah 2.000 tahun lebih, namun istilah-istilah yang dipakainya pada berbagai ciptaan atau temuannya masih dipakai sampai sekarang, seperi: informasi, relasi, energi, kuantitas, kualitas, individu, substansi, materi, esensi, dan sebagainya. Disamping itu, ia juga seorang pengarang yang telah menghasilkan lebih dari 50 buah buku yang semuanya dilengkapi dengan uraian yang sistematis, jelas, dan dalam.

Pria yang lahir di Stagirus, Macedonia, pada tahun 384 sM, inilah orang pertama di dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukannya dengan jalan melihat gerhana.

Sepuluh jenis kata seperti yang dikenal orang saat ini seperti; kata kerja, kata benda, kata sifat, dan sebagainya merupakan pembagian kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang mengatakan bahwa “manusia adalah makhluk sosial”, bahwa “tiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya”, bahwa “kunci pengetahuan adalah logika”, dan “dasar pengetahuan adalah fakta”.

Aristoteles adalah ilmuan yang religius. Ia sangat percaya akan kuasa Tuhan. “Semua yang bergerak di alam semesta ini bergerak menuju Tuhan” katanya. Maka, “orang yang ingin bahagia harus berbuat baik sebanyak-banyaknya”, katanya lagi.

Ayahnya yang bernama Nicomachus, seorang dokter di istana Amyntas III, raja Macedonia, kakek Alexander Agung, meninggal ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karenanya, ia kemudian dipelihara oleh Proxenus, pamannya- saudara dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik Plato di Athena. Dari situlah ia kemudian menjadi murid Plato selama 20 tahun.

Dengan meninggalnya Plato pada tahun 347 sM, Aristoteles meninggalkan Athena dan mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan akademi di Assus, dan menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal. Ia lalu menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang anak laki-laki yang ia beri nama Nicomachus, seperti nama ayahnya. Pada tahun-tahun berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilene. Saat itulah ia sempat jadi guru Alexander Agung selama 3 tahun.

Di Lyceum, Athena pada tahun 335 sM, ia juga mendirikan semacam akademi. Di sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan eksperimen, serta membuat catatan-catatan dengan tekun dan cermat.

Pada tahun 323 sM Alexander Agung meninggal. Karena takut dibunuh orang Yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ajal memang tak mengenal tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sudah tiba tidak ada yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 sM, pada usia 62 tahun ia meninggal juga di kota tersebut, Chalcis, Yunani. ► atur/mlp-ms

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Nama:
Aristoteles
Lahir:
Stagirus, Macedonia, tahun 384 sM
Meninggal:
Chalcis, Yunani, pada tahun 322 sM.
Ayah:
Nicomachus (Dokter di istana Amyntas III, raja Macedonia, kakek Alexander Agung)
Istri:
Pythias
Herpyllis
Anak:
Nicomachus (sama dengan nama ayahnya)
Julukan:
- Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman.
- Bapak peradaban Barat
- Bapak ensiklopedi
- Bapak ilmu pengetahuan
- atau Guru(nya) para ilmuwan.
Penemuan:
- Logika (ilmu mantik: pengetahuan tentang cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat). - Biologi, fisika, botani, astronomi, kimia, meteorologi, anatomi, zoologi, embriologi, dan psikologi eksperimental.
Pendiri:
- Akademi di Assus.
- Akademi di Mytilene
- Akademi di Lyceum, Athena, tahun 335 sM.

Istilah-istilah ciptaan Aristoteles masih dipakai sampai sekarang:
Informasi, relasi, energi, kuantitas, kualitas, individu, substansi, materi, esensi, dan sebagainya

Sir Richard Arkwright

Bapak Sistem Pabrik


Orang yang gigih. Sampai umur 50 tahun, malam hari ia manfaatkan untuk belajar tata bahasa dan pengetahuan lain dalam mengejar ketertinggalannya. Begitu juga dalam bekerja, 16 jam dalam sehari selalu ia pergunakan. Itulah pribadi Sir Richard Arkwright, pengusaha industri tekstil, dan penemu mesin pintal, yang dijuluki ‘Bapak sistem pabrik’ini.

Melihat perjalanan hidup pria kelahiran Preston, Lancashire, Inggris, pada tanggal 23 Desember 1732, ini sebenarnya sungguh tidak disangka akhirnya bisa menempatkannya sejajar dengan ilmuan-ilmuan dunia lainnya sebagai seorang penemu. Dikatakan demikian sebab Arkwright kecil, yang warga negara Inggris ini hanyalah seorang anak biasa dan sangat biasa.

Arkwright yang merupakan anak bungsu dari keluarganya ini sebenarnya tidak tamat SD. Pada umur 10 tahun ia sudah bekerja sambil belajar pada tukang pangkas rambut. Sesudah jadi tukang pangkas rambut beberapa bulan, ia kemudian bekerja sambil belajar pada tukang membuat wig (rambut tiruan). Setelah mahir membuat wig, ia kemudian membuat wig sendiri (tidak lagi bekerja pada orang lain-red), dan dipasarkannya sendiri dengan cara mengembara hampir ke seluruh Inggris. Selanjutnya, ia mendirikan toko wig dengan harta warisan dari ayahnya. Namun usaha wig itu rupanya tidak begitu menguntungkan baginya.

Benda yang mirip rambut yakni benang yang ia lihat selagi mengembara memasarkan wig buatannya ke hampir seluruh Inggris, dimana saat itu ia sering melihat orang memintal benang dan menenun kain, mulai menarik perhatiannya.

Ketika itu harga benang sangat mahal karena di Inggris sendiri belum ada pabrik, belum ada mesin, belum ada listrik, bahkan mesin uap sajapun belum ada. Kain kapas masih diimpor dari India, sehingga harganya sangat mahal. Di Inggris, negerinya sendiri, hanya ada benang wol, linen (rami), dan sutera. Padahal wol dan rami dianggab terlalu kasar, sedangkan sutera dianggap terlalu halus.

Dengan alasan itu, ia yang saat itu masih berusia sekitar 20 tahun, mulai berpikir cara memintal (membuat) benang kapas yang kuat. Ketika itu alat pintal benang memang sudah ada tapi masih sangat sederhana. Sebuah alat pintal hanya menghasilkan seutas benang. Dan pada tahun 1764, Hargreaves juga telah membuat alat pintal yang dapat menghasilkan 30 benang, tapi benang yang dihasilkan Hargreaves kurang kuat. Setelah bekerja keras selama 5 tahun, maka pada tahun 1769 Arkwright berhasil membuat alat pintal yang lebih baik. Benang yang dihasilkan mutunya lebih bagus dibandingkan benang buatan Hargreaves.

Dan dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1771, Arkwright mendirikan pabrik pintal benang di Cromford. Pabrik pintal bertenaga air pertama di dunia. Pabrik pintal tersebut dapat menghasilkan benang bermutu tinggi dengan cepat sekali.

Namun seiring dengan kesuksesannya, tantangan dan rintangan juga datang bertubi-tubi. Buruh-buruhnya terlampau khawatir, mereka mengira jika produksi benang sudah terlalu banyak maka mereka akan dipecat, karena kekhawatiran itu tadi sehingga mereka berontak dan menghancurkan pabrik tersebut. Kesulitan tidak sampai disitu. Dari pelbagai pihak datang protes dan tuduhan. Ia dituduh mencuri hasil penemuan orang lain sehingga ia dituntut ke pengadilan. Dan ia-pun dinyatakan kalah, sehingga ia harus kehilangan hak patennya.

Tapi karena memang sifatnya yang sabar, gigih, suka humor. Maka dengan bantuan sahabat-sahabatnya, akhirnya ia dapat mendirikan industri pemintalan di beberapa tempat. Pada tahun 1782 ia telah mempunyai 5.000 karyawan dan modal sebesar £ 200.000. Dan sekitar tahun 1789 telah mempunyai 8 pabrik pemintalan, 5 diantaranya terletak di Derbyshire. Disamping itu, sebelas pabrik milik orang lain menggunakan mesin pintal buatannya. Dan yang lebih penting dari semuanya itu adalah pengakuan dunia atas karyanya dimana pada zaman sekarang seluruh dunia telah mengakui bahwa Arkwright-lah yang menemukan mesin pintal bertenaga air.

Dalam kehidupan keluarganya, pria yang juga mantan perwira tinggi polisi termasuk seorang ayah yang bertanggung jawab. Pada usia 20 tahunan ia menikah dengan Patience Holt yang pada tanggal 19 Desember 1755, melahirkan baginya seorang anak laki-laki yang ia beri nama Richard. Namun karena sesuatu hal, setahun berikutnya Patience Holt meninggal. Arkwright dan Richard kecil-pun hidup tanpa seorang ibu rumah tangga. Dan barulah enam tahun kemudian ia menikah lagi dengan Margaret Biggins dan melahirkan seorang anak perempuan.

Tahun 1786, enam tahun sebelum meninggal ia menerima gelar bangsawan dari Raja George III. Dan pada umur 60 tahun, tepatnya tanggal 3 Agustus 1792, Sir Richard Arkwright meninggal di Cromford, Derbyshire, Inggris. ► atur/mlp-ms

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)












Nama:
Sir Richard Arkwright
Lahir:
Preston, Lancashire, Inggris, 23 Desember 1732
Meninggal:
Cromford, Derbyshire, Inggris, 3 Agustus 1792
Istri:
Patience Holt
Margaret Biggins
Warga Negara:
Inggris
Pendidikan:
Tidak tamat SD
Pekerjaan:
Pengusaha industri tekstil
Perwira tinggi polisi
Julukan:
Bapak sistem pabrik
Penemuan:
Mesin pintal (1769)
Penghargaan:
Gelar bangsawan dari Raja George III tahun 1786