13 Juli 2008

Roy Suryo

Tekuni Komputer dan Fotografi
GELAR raden mas di depan namanya pertanda dia keturunan darah biru. Ayahnya Prof. Dr. dr. KPH Soejono Prawirohadikusumo SPs SP Kd. Ibunya, R Ay Soeratmijati Notonegoro. Sejak kecil ia banyak teman main di kampung belakang rumahnya. Bermain gundu atau layang-layang. "Saya jadi lebih terbuka dan dapat menghormati orang lain," tuturnya.

Sejak SD sampai SMA, ia sudah gemar merakit elektronik. Walau setamat SMA ia masuk Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, hobinya tak ditinggalkan.

Roy menekuni komputer dan fotografi. Tanpa ia sadari, waktu itu, penggabungan komputer dan fotografi itulah multimedia. Sejak kuliah ia sudah mampu membuat virus komputer dan memahami bahasa program dan tetek bengek komputer. “Tapi saya tak bisa aplikasi program Lotus,” katanya.

Namanya berkibar saat kasus Andi Ghalib terekspose. Kasus pembicaraan antara presiden, waktu itu, Habibie dan Andi Ghalib saat menjabat Jaksa Agung. Roy Suryo berhasil membuktikan bahwa rekaman pembicaraan kedua orang itu asli. Ia juga membuktikan keabsahan foto Gus Dur dan Aryati Sitepu. Bak detektif, ia ikut pula menguber Tommy Soeharto yang kabur dari penjara. Toh meski deretan kasus yang ia bongkar mengendap, Roy tak pernah kecewa."Yang penting bagi saya adalah pembuktian secara keilmuan. Kalau menyangkut urusan politik, saya tak ikut campur," katanya. Karena kegiatannya selalu berhubungan dengan sadap menyadap, sang kakak selalu mengatakan: "Awas ada tukang sadap!"

Ke mana-mana suami Ririen itu selalu ditemani benda pusaka: tiga handphone, sebuah handy talkie, dan laptop. Itu belum apa-apa. Delapan parabola dan sepuluh televisi ngendon di rumahnya—beberapa rakitan sendiri. Menurut dia, letak Indonesia di garis katulistiwa kerap dilewati berbagai satelit, "Bodoh kalau kita tak memanfaatkannya untuk gratisan," tuturnya sambil terbahak. Kesepuluh televisi itu ada di berbagai sudut rumahnya, termasuk di kamar mandi. Dan itulah tempat favoritnya membaca buku, atau mandi sambil nonton televisi.

Sejak SMA Roy gemar berpetualang, meski ia tahu benar orangtuanya bakal melarang. Apa akal? Hanya camping, pamitnya pada kedua orang tuanya. Dan karena itu ia selalu lolos dari pengawasan. Suatu ketika petualangan itu terulang. Ia membeli rongsokan Mercy seharga Rp 600 ribu di Jakarta. Diperbaikinya lalu dibawa ke Yogja seorang diri, di jalan ada saja masalah ban copot, garda patah, sampai mesin ngadat. Tapi itulah asyiknya katanya.

Cara tidurnya tidak biasa: tidur di atas jam tiga dini hari dan bangun pukul 05.00. Kesempatan lain untuk tidur di taksi atau pesawat. "Bukan waktu tapi kualitasnya," komentarnya soal tidurnya. Dan sang istri yang dipacarinya selama delapan tahun itu mengerti benar. Ia tak perlu menemaninya begadang, "Ia sudah tahu kebiasaan saya," katanya.


*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Tidak ada komentar: